Terima
Kasih Ibu,
Kerja Keras,
Doa, dan Harapan-Harapanmu Membuatku Tegar Meraih Mimpi-Mimpiku
Perkenalkan, namaku Cucu Ratnasih, aku adalah anak keempat
dari lima bersaudara. Ayahku bernama Tarmidi (alm), dan ibuku bernama Saodah.
Kakak pertamaku bernama Jari, kemudian kakak kedua dan ketiga adalah perempuan bernama Eni dan Lili,
sedangkan adikku laki-laki bernama Cacang Suryana. Keluarga kami tinggal di
Dusun Mayag Kecamatan Losari dan masuk wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Daerah yang kawasannya sebagian besar adalah lahan pertanian dan jauh dari
hiruk piruk kota. Daerah yang tanpa adanya turun hujan tidak ada air untuk
irigasi, karena memang daerah kami termasuk gersang dan panas.
Kisah ini berawal setelah
ayahku meninggal dunia. Kehidupan
terasa berubah sangat drastis. Karena kini tinggallah ibu yang harus mencari
nafkah sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang harus mengerjakan semua
pekerjaan rumahnya. Sebelum ayah meninggal, aku masih bisa main dan mengaji
sepuasnya. Ketika pagi bisa sarapan tanpa harus memasak sendiri, setelah pulang
sekolah main dan sekitar pukul 14.00 mengaji ke surau sampai pukul 16.00.
Pulang dari surau aku tidak langsung mandi dan membantu ibu, tetapi main lagi
hingga magrib. Begitulah rutinitasku setiap hari tanpa berpikir panjang apa
yang harus ku kerjakan dirumah dan membantu ibu. Tetapi, kini itu semua adalah
mimpi dan keinginan yang harus ku pendam dalam-dalam. Karena, sebagai seorang
anak, maka secara tidak langsung aku tertuntut untuk membantu beban ibu yang
kini berprofesi ganda. waktu ayahku meninggal, aku masih duduk di bangku SD
kelas 3 dan waktu itu aku bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Tetapi
karena situasi dan kondisilah yang menuntutku untuk hidup mandiri, maka mulai
saat itu aku berpikir “bagaimana caranya agar aku dapat menghasilkan uang untuk
membantu mengurangi beban ibu ?”. mulai sejak itu aku mencoba untuk berdagang
kecil-kecilan ke sekolah. Setiap malam aku dan ibuku membuat jajanan “arem-arem”
atau dalam bahasa sundanya “buras” yang besoknya dibawa ke sekolah untuk
dijual dengan harga yang relatif terjangkau untuk anak-anak sekolah yaitu Rp100. Sepulang dari sekolah aku harus
masak, karena ibuku ketika pagi tidak sempat untuk memasak. Waktu itu belum ada
kompor gas, yang ada hanyalah kompor minyak tanah tetapi karena tidak ada
uang untuk membeli minyak tanah, kami
memasak menggunakan tungku dan kayu bakar. Sekitar pukul 14.00 aku pergi ke
sawah menyusul ibuku yang dari pagi sudah di sana, dengan membawa minuman, nasi
dan lauk pauk yang aku masak seadanya. Mendekati magrib barulah kami pulang
kerumah. Inilah rutinitas baruku setelah ayahku meninggal dunia.
Usaha untuk menghasilkan uang tidak hanya ku lakukan dengan
berjualan sambil sekolah. Terkadang setelah mengantarkan bekal makan siang
ibuku ke sawah, aku berjualan martabak telor keliling kampung, dan aku paling
sering jualan “martabak telor” di surau tempat mengajiku. Sungguh miris
rasanya, ketika aku berjualan di surau tempatku mengaji,karena dalam hati
berkecamuk anatara keinginku untuk ikut mengaji kembali bersama teman-temanku,
dan berjualan. Sebenarnya aku malu mengerjakan semua rutinitasku ini. Karena
hanya aku lah yang menjalani itu semua. Semua teman-temanku bisa menikmati masa
kanak-kanak dan bermain dengan leluasa, sedangkan aku ? aku hanya bisa melihat
mereka dan berkeinginan dalam hati. Waktu itu adikku, Cacang, masih berumur 5
tahun, sehingga belum bisa banyak membantuku berjualan. Sedangkan kakak pertama
dan keduaku sudah bekerja di Jakarta dan kakak ketigaku masih duduk di bangku
SMA. Sehingga kami butuh biaya tuk makan sehari-hari dan biaya sekolah. Kala
itu kakak keduaku sudah menikah, tetapi untuk kebutuhannya sendiri saja tidak
cukup sehingga tidak bisa membantu kami.
Keluarga kami sangat
sederhana dan jarang sekali makan yang enak-enak, apalagi bergizi. Hal itu
dikarenakan keadaan uang yang angat terbatas. Seringkali kita makan hanya
dengan lauk garam, kerupuk, atau kecap saja. Tapi walaupun makanan kami seperti
itu kami jarang sekali sakit, dan prestasi di sekolah pun tidak ketinggalan
jauh. Alhamdulillah, mungkin itulah karunia Allah, yang memberikan nikmatnya
disetiap rizki yang diberikan-Nya. Selain harus berjualan, aku pun harus
mencari rumput atau bahasa sundanya adalah “ngarit”. Kebetulan waktu itu
keluarga kami memiliki 3 ekor kambing. Ibuku setiap hari pergi kesawah orang
lain untuk bekerja. Pada waktu itu upah kerja disawah sangatlah kecil yaitu
Rp3000. Uang upah hasil kerja ibuku hanya cukup untuk ongkos pulang pergi kakak
ketigaku yang sekolah di Cirebon. Jadi untuk memenuhi kebutuhan yang lain harus
ada uang tambahan. Disinilah aku harus mengorbankan waktu bermain dan mengajiku
untuk ikut mencari sedikit uang agar beban ibuku tidak begitu berat.
Ketika musim liburan tiba, aku ikut berjualan bersama
pamanku di Pasar Sindang Laut, daerah Jawa Barat. Barang yang dijual
macem-macem, tapi kebanyakan mainan anak-anak. Ya lumayan lah, daripada di
rumah nganggur. Dengan seperti ini aku bisa dapet uang jajan tambahan, yang
kadang aku tabung dalam celengan. Kegiatan demi kegiatan aku lalui dengan
keterpaksaan dan rasa malu pada awalnya, tetapi lambat laun rasa itu hilang
karena semakin lama umur pun bertambah, seiring dengan itu pula tingkat
kedewasaanku pun bertambah. Lalu aku beryukur dengan keadaan itu semua. Mulanya
aku sering berkeluh kesah, dan kadang sering mengatakan bahwa Allah sungguh tak
adil. Astaghfirullah, ternyata aku salah, karena dengan jalan inilah Allah
membuatku berpikir lebih dewasa dan realistis.
Tahun 2004 aku pun lulus SD, aku di daftarkan oleh pamanku
di SLTP favorit di daerahku. Dan aku pun lolos berbagai macam tes seleksi.
Tetapi, waktu itu hati dan keinginanku sudah tertambat untuk pergi merantau dan
sekolah di Jogja, dan akhirnya dengan berbagai usaha aku bisa sekolah di Jogja
yang waktu itu diajak oleh Pamanku dari pihak bapak yang kebetulan sedang
kuliah di UIN Sunan Kalijaga. Di Jogja, aku tinggal di Yayasan Darul Yatama,
Blotan, Ngemplak, Sleman, atau tepatnya berada di daerah utara Stadion
Maguwoharjo. Yayasan ini di khususkan untuk anak yatim dan dhuafa’.Di Jogja,
aku disekolahkan di MTsN Ngemplak, lulus tahun 2007 kemudian dilanjutkan
sekolah di MAN Maguwoharjo dan lulus tahun 2010. Selama 6 tahun aku pergi ke
sekolah menggunakan sepeda atau dalam bahasa jawanya “onthel/pit ”, ya
walaupun waktu itu temen-temen sudah banyak yang memakai sepeda motor. Jarak
antara yayasan dan sekolahku sekitar 3-4 kilometer, apalagi ketika berangkata
jalannya naik sehingga ketika sampai di sekolah, tinggallah lelah dan keringat
yang mengucur. Lagi-lagi aku harus bersyukur karena walaupun masih memakai
sepeda dan datang dari desa,toh prestasiku tidak ketinggalan oleh mereka
yang memakai sepeda motor dan datang dari kota. Alhamdulillah, semenjak dari
bangku MTs hingga MA aku selalu
juara/ranking 1 pararel. Sehingga selama sekolah aku dibiayai oleh beasiswa,
baik beasiswa tidak mampu maupun beasiswa prestasi. Sedangkan jatah uang
jajanku aku tabungkan, baik dalam bentuk celengan atau di Bank. Ketika lulus
MTs tabunganku sebanyak Rp2.950.000. sedangkan ketika lulus MA, tabunganku
sebesar Rp5.345.000. itu semua adalah perjuanganku, karena walaupun aku berasal
dari keluarga tidak mampu aku ingin sekali untuk kuliah dengan biayaku sendiri.
Dan alhamdulillah, semua itu terwujud. Terima kasih ya Allah, Kau
kabulkan doa dan permohonanku. Kuucapkan pula banyak terima kasih untuk
keluarga dan orang-orang yang dengan tulus ikhlas membimbing dan memotivasiku
untuk terus maju dan lebih baik.
Itulah kisah perjalananku. Sekelumit cerita tentang
perjuanganku, yang ingin kuliah ,, mengejar cita-citaku untuk menjadi seorang
guru. Kini, aku sudah kuliah semester III di perguruan tinggi yang memang sejak
MTs sudah aku idam-idamkan. Yaa,, kuliah dengan GRATIS,, tanpa biaya
sedikitpun, kemudian aku bisa pergi kuliah dengan mengendarai motor. Dan lagi-lagi Allah Maha Mendengar atas doa
para hamba-Nya.Sehingga keinginan itu pun terkabul. Inilah kampus tercintaku ,,
UNY ,,, Univeritas Negeri Yogyakarta. Aku masuk jurusan pendidikan fisika ...
fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Dan aku masuk ke UNY
melalui jalur beasiswa BIDIK MISI. Beasiwa untuk mahasiswa yang kurang mampu
dan berprestasi.
Semua kerja keras, doa dan harapan-harapanku adalah
terinspirasi dari kerja keras, doa, dan harapan-harapan ibuku- juga perjalanan
panjang penuh liku dan derita yang dilaluinya. Ibu yang tak pernah lelah untuk
memperjuangkan anak-anaknya agar kelak menjadi anak yang bisa membahagiakan
orang tua, anak yang bisa menjadi harapan keluarga, masyrakat, negara dan
bangsa. Itu semua adalah motivasi terbesarku, dalam menjalani hari-hari yang
penuh tantangan dan liku kehidupan ini.
Aku belum bisa memberikan yang terbaik yang dapat
membahagiakan orang-orang yang ku sayang, terutama untuk ibundaku tercinta,,, ketika
aku mengingat semua masa-masa perjuanganku, juga ibuku,, disitulah motivasiku
tuk terus bangkit begitu besar.Motivasi tuk BELAJAR & BEKERJA KERAS.
Dibawah ini adalah tulisan yang ku persembahkan tuk ibuku,,,
sebagai rasa cinta, rindu dan kasihku padanya yang jauh disana. Tulisan ini aku
buat bersamaan dengan peringatan hari ibu,, waktu itu tanggal 22 Desember 2010.
-
- - SEMOGA
MENGINSPIRASI - - -
~medinfokom kpmdbjogja~230114-0615 (A)