Social Icons

Brebes hanya Penyedap Rasa

Penghargaan apa yang pantas diberikan untuk sebuah daerah yang terkenal dengan bawang merah dan telor asinnya itu? Pertanyaan ini yang selama ini terselip disela-sela makan siang para tukang becak, sopir angkot, pedagang kakilima dan semua orang yang tengah asik menyantap makan siangnya ditepi alun-alun brebes. Itu terjadi lima tahun terakhir. Tidak seperti biasanya pertanyaan para penikmat makan siang di alun-alun brebes itu kini berubah. Seakan-akan protes dengan menu yang biasanya enak untuk dinikmati berganti asam, tidak terasa. Seolah memakan menu yang tidak ada tawaran rasa. Pertanyaan yang terucap bukan sebuah tawaran melainkan suguhan untuk menghilang.

Menggauli udara pantura membuat badan ini terasa lelah dan aku pun hisap sebatang rokok kretek untuk menemani rasa kelelahanku, ini akan menggantikan sisi-sisa waktu menunggu.

Brebes belum bisa dikatakan daerah yang berpotensi untuk kesejateraan masyarakatnya, namun disatu sisi Brebes sendiri merupakan bagian terpenting dari sebuah masyarakat penikmat rasa kehidupan. Kita tengok disekilingnya. Kota Tegal maju akan Baharinya, Cirebon maju dengan industrinya dan Purwokerto kini jadi daerah yang strategis untuk pengembangan wilayah perekonomian dan pendidikan. Tanpa Brebes mungkin ketiga kota tersebut tidak akan bisa semaju yang kita lihat sekarang ini. Wilayah disekiling Brebes merupakan menu yang siap saji, namun tanpa aroma Brebes akan terasa asing dan aneh. Mungkin bisa dikatakan ada yang kurang dari menu yang siap saji itu.

Setelah sebatang rokok aku habiskan, lalu aku cicipi menu siang yang dari tadi sudah ada didepanku. Aku merasakan ada yang kurang. Ternyata menu tersebut belum ditaburi bawang goreng.

Bukan berarti tanpa Brebes kota-kota yang ada disekeliling Brebes tidak mampu untuk berkembang. Ini hanya sekedar menyajikan menu pemerintahan khas Brebes yang akhir-akhir ini semakin merosot prestasinya. Kita bisa melihat bagaimana daerah sekitar Brebes bisa maju dan kenapa Brebes sendiri tidak mengalami hal yang sama. Padahal Brebes merupakan daerah penyedap menu kota lain. Pertanyaan tersebut siap dijawab oleh para pedagang kakilima yang ada di alun-alun Brebes. Mungkin mereka yang sebenarnya akan memajukan Brebes, bukan orang-orang yang duduk santai sembari memesan menu kesukaannya.

Mas, buatin basonya satu . . . Oya es teh dua . . .
Ungkapan pemesanan menu yang kerap kita dengar di alun-alun Brebes dan aku sendiri minta dibuatkan kopi hitam sedikit gula.

Munharis: mahasiswa yang sibuk dengan ketidakjelasan
 

KPMDB Jogja